PANTAI BARU : Desa Poncosari, Srandakan, Bantul, Yogyakarta

PANTAI BARU



Tempat Piknik Asyik dengan Kincir Angin yang Unik
Pos retribusi :
Rp. 3.000
Kerindangan pohon cemara udang membuat pantai ini cocok sebagai tempat piknik keluarga. Pemandangannya pun jadi makin unik dengan kehadiran puluhan kincir angin yang menjadi penghasil listrik utama di pantai ini.



 


Angin semilir menerpa wajah kami ketika kami menyusuri Jalan Jalur Lintas Selatan, Bantul, Yogyakarta. Tidak ada kendaraan yang melintas, hanya pemandangan gumuk pasir luas dan tertutup barisan semak kecoklatan. Beberapa tiang besar terlihat mencolok di ujung horizon, berdiri tegak dengan baling-baling yang berputar di ujungnya. Ketika mendekat, jumlah kincir angin yang kami lihat pun semakin banyak, terdiri atas berbagai ukuran yang beranekaragam. Kincir-kincir besar terlihat menjulang puluhan meter, ditemani oleh kincir angin kecil yang menempel di tiang lampu jalanan. Inilah pemandangan unik yang menyambut kami ketika berkunjung ke Pantai Baru, sebuah tempat wisata ramah lingkungan di selatan Yogyakarta.
Pantai Baru memang tidak terlalu terkenal jika dibandingkan dengan Parangtritis atau Krakal, namun keunikannya layak untuk diperbincangkan. Wilayahnya berbatasan langsung dengan Pantai Pandansimo dan Pantai Kuwaru, hanya beberapa ratus meter dari Muara Sungai Progo. Pantai ini disebut pantai "baru" karena baru diresmikan sebagai objek wisata pada bulan Mei 2010, sangat "terlambat" dibandingkan pantai lain yang ada di sekitarnya. Salah satu keunikan pantai ini adalah adanya Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) di dekat pintu masuknya, terlihat puluhan kincir angin yang berdiri tegak di antara kebun dan semak-semak.
"Monggo mas, parkirnya 2000," ujar seorang bapak tua yang menyambut kami di pintu masuk, tepat di ujung jalan tanah yang menghubungkan Pantai Baru dengan Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS).
Setelah beristirahat sejenak dari perjalanan, kami pun memutuskan untuk berkeliling mencari hal-hal menarik yang ada di pantai ini. Kawasan pantai terasa cukup sepi sore itu, dengan hanya beberapa orang yang sibuk berfoto ria di antara pohon cemara udang nan teduh. Semburat biru terlihat di antara batang-batang pohon kehijauan, menunjukkan keindahan laut selatan dengan ombaknya yang tak pernah tenang. Terkadang, terdengar suara motor ATV yang berjalan kencang di atas pasir pantai hitam, berpadu dengan suara ombak dari laut lepas.
Teduhan pohon cemara udang membuat matahari siang tidak terlalu terik. Udara di sekitar pantai justru terasa sejuk seperti berada di hutan, tanpa ada rasa gerah yang sering kita rasakan di pantai-pantai lain. Hal ini membuat Pantai Baru cocok dikunjungi untuk bersantai bersama keluarga, terbukti dari beberapa rombongan yang sedang asyik berpiknik di pesisir Pantai Baru. Sambil tiduran di tikar atau hammock , kita bisa menikmati suasana pantai nan sejuk. Ngobrol bersama kawan pun terasa asyik ditemani es kelapa muda yang banyak dijual di sekitar kawasan pantai. Jika bosan, kita juga bisa mengendarai motor ATV sambil menjajal trek berpasir yang naik-turun di sekitar hutan pantai.
Puas melihat-lihat daerah pantai yang sepi, kami pun kembali dibuat penasaran dengan kehadiran beberapa kincir angin yang ada di sepanjang jalan menuju Pantai Baru. Ada puluhan menara kincir angin yang berdiri tegak di antara kebun palawija. Ukurannya memang tidak sebesar kincir angin di Eropa yang bisa mencapai tinggi ratusan meter, namun kehadirannya sudah cukup menyita perhatian. Tiangnya terbuat dari besi yang disusun seperti menara seluler, dengan baling-baling besar di ujungnya. Baling-baling ini memiliki struktur khusus yang bisa bergerak bebas secara horizontal. Sebuah sirip di bagian belakang menjadi pengendali utama pergerakan struktur ini, sehingga baling-baling tersebut bisa bergerak tepat ke arah datang angin untuk memaksimalkan tenaga kinetik yang ditangkap.
Rupanya kincir tersebut merupakan hasil bantuan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) pada tahun 2010. Bantuan ini merupakan bagian dari program uji coba pembangkit listrik tenaga alternatif untuk mencukupi kebutuhan energi di kawasan wisata Pantai Baru. Selain menggunakan tenaga angin, rupanya pembangkit listrik ini juga menggunakan tenaga matahari dan biogas dari kotoran sapi milik warga. Secara keseluruhan, sistem pembangkit listrik yang disebut Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) ini mampu menghasilkan energi yang cukup untuk menghidupi berbagai kebutuhan masyarakat di sekitar pantai baru, mulai dari kebutuhan listrik kios-kios makanan laut hingga menjalankan mesin pembuat es bagi para nelayan yang baru bersandar.
Selain sebagai pembangkit listrik, kehadiran kincir angin ini juga menarik perhatian para wisatawan. Bentuknya yang unik sering dijadikan objek foto para pengunjung yang datang, baik sekedar memotret dari jauh hingga selfie di depan menara. Sayangnya, posisi kincir angin yang ada di tengah kebun dan semak-semak sedikit menyulitkan kita untuk berfoto lebih dekat. Selain itu, beberapa kincir angin juga terlihat mulai rusak, mulai dari sekedar berkarat hingga kehilangan baling-baling. Tapi hal ini tetap tidak menghilangkan niat para wisatawan untuk mengabadikan pemandangan unik ala Eropa tersebut.
Setelah beberapa jam berkeliling dan menikmati suasana pesisir laut selatan yang sejuk, kami pun memutuskan untuk pulang. Cahaya mentari temaram mulai menghilang di ufuk barat, menyajikan pemandangan siluet kincir angin yang sayang untuk dilewatkan. Kami pun kembali menyusuri Jalan Jalur Lintas Selatan yang panjang dan sepi, namun kali ini kami ditemani cahaya lampu jalan yang dengan kincir-kincir kecil di atasnya. Sungguh pemandangan yang menawan!
Cara menuju ke sana:
dari PASTY - Lurus ke Jalan Bantul - Ikuti jalan hingga sampai ke Pos Retribusi - Belok kanan ke Jl Jalur Lintas Selatan - Ikuti jalan sampai menemukan papan penunjuk jalan ke Pantai Baru - Pantai Baru

Comments

Popular Posts